Tirtha Empul
Diposting oleh Kd Wirawan di 06.50 0 komentar
Label: tampaksiring, tepasana, tirtha empul
Prasada Mengening
Diposting oleh Kd Wirawan di 06.46 0 komentar
Candi Tebing Gunung Kawi
Diposting oleh Kd Wirawan di 06.39 0 komentar
Label: gunung kawi, tampaksiring, udayana
Candi Tebing Tegallinggah
Diposting oleh Kd Wirawan di 08.08 1 komentar
Goa Gajah
Diposting oleh Kd Wirawan di 07.56 0 komentar
Inventarisasi Situs Trunyan
Situs Pura Pancering Jagat desa Trunyan terletak di wilayah Dusun Trunyan, Desa Trunyan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Tepatnya pada koordinat 90, 87’,55” Bujur Timur dan 50,03’,26” Lintang Selatan. Ketinggian situs 1027 meter di atas permukaan laut. Berjarak tempuh 33 km dari ibu kota Bangli. Desa ini merupakan salah satu desa kuna yang terletak di tepian danau Batur, berpenduduk cukup padat dengan kondisi alam yang berbukit terjal mengharuskan penduduk mengolah alam ini dengan menekuni profesi sebagai petani peladang dan nelayan.
Pada tanggal 7 Maret 2007 terjadilah bencana yang mengakibatkan hancurnya 20 buah pelinggih, akibat robohnya pohon beringin besar di Pura Pancering Jagat desa Trunyan. Adapun pelinggih-pelinggih yang hancur tersebut terletak pada halaman dalam (jeroan) pada kompleks Penaleman Jeroan, kompleks Pelinggih Kepasekan dan kompleks Pelinggih Gunung Agung. Bangunan utama berupa meru sebagai pelinggih Bhatara Da Tonta juga mengalamai kerusakan yang cukup berat. Sedangkan arca Bhatara Da Tonta sendiri tidak mengalami kerusakan yang berarti. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi masyarakat desa Trunyan.
Berkaitan dengan peristiwa ini Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Bali NTB dan NTT (BP3 Bali) mengunjungi desa Trunyan untuk mengadakan penelitian dan inventarisasi terhadap benda tinggalan arkeologi yang ada di pura ini. bencana. Inventarisasi terhadap beberapa benda cagar budaya dari BP3 Bali saat ini merupakan inventarisasi awal. Karena keterbatasan tenaga, waktu dan dana maka inventarisasi baru akan dilanjutkan pada tahun-tahun berikutnya. Inventarisasi yang dapat lakukan hanya pada 16 buah benda cagar budaya (BCB). Adapaun BCB tersebut antara lain : Arca Perwujudan Bhatara Datonta I dan II, batu pipis, sejumlah fragmen arca, fragmen bangunan bermotif naga yang merupakan bagian dari bangunan meru pelinggih Bhatara Da Tonta, dan beberapa buah batu alam dari tradisi megalitik. Masih banyak BCB yang belum terinventaris dan mendapat tindakan penyelamatan lebih lanjut dari BP3 Bali. Hal ini terkait dengan sangat sakralnya keberadaan BCB tersebut.
Diposting oleh Kd Wirawan di 06.49 0 komentar
STUDY TEKNIS PURA PENATARAN YEH SANTHI TENGANAN PEGRINGSINGAN KARANGASEM
STUDY TEKNIS PURA PENATARAN YEH SANTHI TENGANAN PEGRINGSINGAN KARANGASEM
Desa Tenganan Pegringsingan merupakan salah satu desa kuno di Bali. Menyimpan cukup banyak tinggalan arkeologi dari berapa periodenisasi masa, terutama peninggalan dari masa megalitikum. Salah satu yang mendapat perhatian dari tinggalan yang ada adalah tinggalan di Pura Penataran Yeh Santhi. Pura ini secara administratif terletak di desa Adat Tenganan Pegringsingan, Desa Tenganan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem .
Peninggalan arkeologi yang terdapat di Pura Penataran Yeh Santhi sebagian besar berbentuk tahta batu dari susunan batu-batu kali dengan mempergunakan perekat tanah. Tahta batu ini berbentuk segi empat. Disamping itu terdapat pula struktur bangunan yang berbahan batu bata merah (citakan) yang digunakan sebagai dinding. Dari struktur pura, Pura Penataran Yeh Santhi dibagi menjadi tiga bagian, Tri Mandala yaitu: utamaning mandala, mandya mandala, dan nista mandala. Di daerah utamaning mandala terdapat tujuh buah pelinggih berbentuk tahta batu dipergunakan sebagai tempat pemujaan antara lain ; Pelinggih Tambunan, Pelinggih Gunung Agung dan bebera pelinggih yang tidak diketahui namanya. Diareal madya madala terdapat beberapa bangunan yang disebut dengan Kayehan Dedari, Pelinggih Pugelan, Pelinggih Gedong Sari dan satu bangunan yang berbentuk tahta batu yang tidak diketahui namanya. Bangunan yang cukup unik adalah bangunan yang disebut sebagai Kayehan Dedari, bangunan ini merupakan tempat petirthaan yang lokasinya lebih tinggi dari pelinggih yang lain sehingga untuk mencapai tempat ini harus melalui sebuah tangga yang terbuat dari tumpukan batu pada. Pada areal nista mandala terdapat tiga buah bangunan berupa Parerean, Pagedongan dan bale Mamiut.
Beberapa buah bangunan di Pura Penataran Yeh Santhi ini mengalami kerusakan yang cukup berarti, lebih-lebih karena pura ini berada di bawah pohon beringin yang sangat besar. Kerusakan pada situs ini lebih banyak disebabkan karena pengaruh alam seperti curah hujan yang tinggi, ancaman akar-akar pohon dan tanah longsor. Kerusakan yang terjadi pada bangunan Pelinggih Parerean yang berupa tahta batu seperti melesak, bergeser, amblas dan beberapa buah batunya telah lepas dari posisi semula. Begitu pula halnya dengan bangunan Bale Mamiyut, kebocoran dan lapuk telah terjadi pada beberapa bagian bangunan ini. Bahkan Pelinggih Pugelan yang juga berupa tahta batu mengalami kerusakan total sehingga perlu diperbaiki untuk dapat kembali seperti semula.
Melihat kondisi Pura Penataran Yeh Santhi yang mengalami kerusakan-kerusakan pada beberapa bengunannya Balai Pelestarain Peninggalan Purbakala Wilayah Kerja Provinsi Bali, NTB dan NTT melaksanakan kegiatan studi teknis ke pura ini. Studi teknis yang dilaksanakan pada tanggal 5 Juni 2007 hingga 11 Juni 2007 ini dipimpin oleh Ida Bagus Ngurah Supernata BA, telah melaksanakan kegiatan berupa penggambaran denah pura, penggambaran BCB, dan menyusun gambar perencanaan perbaikan.
Diposting oleh Kd Wirawan di 06.20 0 komentar
Label: karangasem, tenganan
Konservasi Pura Bukit Sangmong Dawan Klungkung
Konservasi Pura Bukit Sangmong Dawan Klungkung
Pura Bukit Sangmong merupakan salah satu pura yang terdapat di Kabupaten Klungkung. Secara administratif terletak di dusun Dawan Kelod, Desa Dawan, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung. Pura ini disungsung oleh krama (sekelompok masyarakat) Subak Dawan. Pura ini banyak menyimpan tinggalan arkeologi, dalam bentuk arca dan sejumlah fragmen bangunan. Situs ini berada di tempat ketinggian yang dikelilingi oleh persawahan, jauh dari pemukiman penduduk. Kondisi ini menyebabkan perhatian masyarakat terhadap situs dan BCB yang tersimpan di pura ini sangat kurang, sahingga menyebabkan situs kurang terjaga kelestariannya. Untuk mengantisipasi dampak negatif dari kondisi tersebut di atas maka perlu diupayakan langkah-langkah dalam rangka perlindungan dan pelestarian situs dan BCB dimaksud. Untuk itu pada tahun 2006 telah dilaksanakan kegiatan konseervasi sebagai langkah antisipasi dalam rangka penyelamatan dan pemeliharaan. Kegiatan ini dilaksanakan oleh sebuah tim teknis dari Balai Pelestarain Peninggalan Purbakala Wilayah Kerja Provinsi Bali, NTB dan NTT selama empat hari dari tanggal 5 sampai 8 Juni 2006, yang dipimpin oleh Drs I Putu Renjana.
BCB yang terdapat di Pura Bukit Samong terdapat pada dua lokasi, yaitu pada balai Pelinggih Arca dan di atas tanah bagian depan dari Pelinggih Arca. BCB ini belum pernah mendapat perawatan dan pemeliharaan baik dari segi kebersihan maupun akibat dari adanya pelapukan fisis, kerusakan mekanis, kerusakan khemis maupun boitis. Kondisi ini juga diperparah oleh sistem penyimpanan dimana sebagian BCB yang diletakkan langsung di atas tanah mengalami kerusakan yang cukup mengkhawatirkan, karena pada musim hujan kondisi kelembabannya cukup tinggi disamping akibat kapilerisasi air sehingga memascu tumbuhnya jasad-jasad renik jenis moss, algae dan lichen yang merupakan agensia pelapuk dari BCB tersebut.
Menindaklanjuti dari kegiatan konservasi ini perlu adanya peningkatan pemeliharaan secara periodik pada BCB, perlu adanya penataan lingkungan seperti penataan pepohonan yang ada di sekitar pura. Adanya pemagaran atau pembuatan tembok keliling keamanan situs dan pembuatan balai pelindung untuk arca-arca yang masih berada di halaman terbuka.
Diposting oleh Kd Wirawan di 06.14 0 komentar